FISRT HIKE YANG BIKIN CANDU HUHUHU
(cerita fisrt hike tapi ini foto terakhir kali ke gunung itu, haha. foto first hike-nya saudah lenyap maaf ya)
Assalamu’alaikum Brada n Sista.
Well aku mau flash back ke 7 tahun yang lalu, saat pertama
kali ngerasain ikut naik gunung, saat dimana naik gunung belum jadi trend
dan pencitraan kaya sekarang, belum banyak orang yang menyadari nikmatnya naik
gunung, saat naik gunung itu hanya dilakukan segelintir orang dan benar-benar
karena panggilan jiwa yang rindu nikmatnya kedamaian alam semesta. Yap, tahun
2011 saat itu habis lebaran Idul fitri, yang memang mendaki atau ulin di
leuweung (main di hutan) ini kaya udah jadi rutinitas tahunan pemuda maupun
bapak-bapak di kampungku, tapi jarang sekali bermalam, perjalanan pergi-pulang
dalam sehari karena kesibukan masing-masing. Tersebab rumah tinggal kami paling
dekatnya dengan Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Parahu, jadi hanya dua
Gunung ini yang rajin disapa setiap tahunnya, tapi paling sering ke Gunung
Tangkuban Parahu. Gunung Burangrang bukan termasuk gunung berapi, wilayahnya
meliputi perbatasan Kab. Bandung Barat dan Kab. Purwakarta. Sedangkan Gunung
Tangkuban Parahu yang juga terkenal dengan Legenda Sangkuriang itu, merupakan
gunung berapi aktif yang saat ini sudah
memiliki 3 kawah (Kawah Ratu, Kawah Upas, Kawah Dhomas), wilayahnya meliputi
perbatasan Kab. Bandung Barat dengan Kota Subang. Keduanya merupakan gunung
dengan ketinggian dibawah 2500 mdpl. Meski begitu, naik gunung bukan soal
tinggi rendahnya, sebab setiap perjalanan selalu memberikan hadiahnya masing-masing,
tergantung bagaimana cara kita memandang dan memaknai perjalanan itu sendiri.
Weheeey hahaha.
Oke balik ke cerita, saat itu aku duduk di kelas 7 sekolah
menengah yang kabita liat orang-orang sekitar naik gunung, terlebih aku
emang suka kegiatan outdoor dan anak Pramuka juga hihi, wal hasil tahun itu
ikutlah mendaki ke Tangkuban Parahu sama Bapak, Pak RT and the gang. Pukul 7
pagi dari rumah kami booking angkot jurusan Cimahi-Cisarua menuju Jaya Giri,
Lembang, yang mana kami akan mulai start pendakian dari sana. Tiba di lokasi pukul
8, kami berjalan di tengah pemukiman penduduk yang nanjaknya aaaampun, buat aku
yang pemula itu jadi tantangan tersendiri sih. Sampai di bibir hutan kita semua
ngaso sebentar, lalu berdoa bersama untuk mulai start pendakian masuk hutan.
Diawal pendakian kami langsung di sambut pepohonan pinus
yang luaaas banget, juga beberapa tanaman garapan petani sekitar, aaa
pokonya suka banget deh suasananya. Track
awal Gunung Tangkuban Parahu juga tidak terlalu terjal, cocok untuk permula. Semakin
dalam rasanya semakin gelap, pepohonan semakin rapat, di tengah perjalanan sesekali
kami berhenti sejenak, menstabilkan nafas sambil menikmati suguhan hutan yang
damai. Setengah perjalanan rampung dilalui, kami keluar dari jalan setapak dan
wow, aku baru tau kalau ditengah hutannya ada jalan berbatu yang cukup lebar,
muat untuk dilewati mobil, dan ternyata itu memang jalur offroad mobil maupun
motor, tapi aku kurang tau dari mana start jalur itu. Laju kaki melambat selain
karena jalan menanjak juga kontur jalan yang berbatu besar dan tidak rata, sesekali
harus menepi memberi jalan untuk rombongan mobil maupun motor offroad yang
berlalu lalang, sehingga harus lebih
berhati-hati.
Setelah 2 jam perjalanan, kami kembali memasuki jalan
setapak, suasananya gelap, hening yang sesekali terdengar suara mutan dan
burung-burung. Track yang dilalui cukup sulit karena kontur jalan berupa
akar-akar pohon besar yang saling menyilang, tinggi dan merambat, jalan harus
hati-hati karena aku pribadi sering tersandung dan tersangkut akar ahaha. Tapi
aku sukaaa sekali, melihat banyak tanaman dan beberapa hewan kecil yang belum
pernah kulihat sebelumnya, pemandangan yang langka dan hanya bisa ditemukan di
gunung, hm. 3 jam berlalu kurasa cahaya semakin banyak menembus reranting
pohon, semakin berjalan ke atas semakin terang, kami masih terus berjalan
perlahan, semakin terang, semakin terang dan waaaaaaa maasyaa Allah ternyata
sudah sampai di puncak kawah. Indaaaah banget, benar kata Fiersa Besari, di
gunung, kadang kita tidak tahu lagi batas antara bumi dengan surga. Semua rasa lelah rasanya terbayarkan dengan
apa yang disuguhkan alam sejauh mata memandang. Setelah puas gantian berfoto
ria (saat itu belum ngetrend banget selfie dan wefie ahaha), kami
tidak berlama-lama dipuncak, selain karena panas terik tanpa pepohonan, aroma
belerang yang menyengat juga rasanya tidak nyaman di hidung. Perlahan kami
turun ke tengah jalan yang membelah Kawah Upas, panas dan belerang menyengat.
Ini track paling menantang menurutku, kami harus menuruni tebing kawah yang
cukup berbahaya, tebing-tebing tinggi dengan jalan berbatu dan berpasir membuat kami harus fokus
memilih jalan dan saling menjaga satu sama lain kalau tidak mau terpeleset lalu
nyebur ke dalam kawah panas. Hiii serem yee..
Tibalah kami di bibir kawah setelah menyebranginya, kami
berteduh diantara rimbun pepohonan yang mana wilayah itu sudah termasuk area
Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu, Istirahat sejenak dan bersenda gurau, lalu
kami makan bersama sambil menikmati pemandangan dan orang-orang yang sedang
wisata berlalu-lalang. Setelah shalat dzuhur di mushola yang disediakan
pengelola dan puas bercengkrama, kami mulai berkemas untuk pulang lewat gerbang
depan jalur wisata, melewati warung-warung kecil yang dipenuhi pengunjung,
parkiran yang super padat, juga pasar souvenir yang ramai. Berbanding terbalik
dengan suasana di hutan tadi, masih betah rasanya, tapi tidak nyaman melihat
terlalu banyak orang bersesakan, akhirnya kami keluar dari gerbang depan jalur
wisata yang sudah masuk wilayah Kota Subang. Kami pulang dijemput mobil colt
bak milik tetangga yang sudah janjian dengan Pak RT sebelumnya. Alhamdulillah,
menyenangkan dan kecanduan sampai sekarang ahaha.
FYI* saat itu belum dikenakan tarif bagi pendaki lewat
belakang kawah sehingga kami tidak membayar simaksi, kecuali jika masuk lewat
gerbang depan jalur wisata baru dikenakan tarif tiket wisata. Tapi sejak
terakhir kesana tahun 2015, ketika para pendaki sudah melewati kawah, maka
dikenakan tarif tiket masuk Rp.17.500/orang karena sudah termasuk wilayah yang
dilindungi Jasaraharja.
Weheyyy terima kasih sudah membaca.
Salam lestari, hormat lan rahayu. selamat bertualang!
Komentar
Posting Komentar